Beranda | Artikel
Khutbah Jumat Tentang Jangan Remehkan Maksiat
Senin, 9 November 2020

Khutbah Jumat Tentang Jangan Remehkan Maksiat ini merupakan rekaman khutbah Jum’at yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. di Masjid Al-Barkah, Komplek Rodja, Kp. Tengah, Cileungsi, Bogor, pada Jum’at, 20 Rabiul Awal 1442 H / 06 November 2020 M.

Khutbah Pertama – Khutbah Jumat Tentang Jangan Remehkan Maksiat

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه
قال الله تعالى فى كتابه الكريم، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
وقال تعالى، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ، فإِنَّ أَصَدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ ، وَكُلَّ ضَلالَةٍ فِي النَّارِ

Umat Islam Rahimakumullah,

Senantiasa kita memuji Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberikan kepada kita banyak sekali kenikmatan. Kenikmatan yang terbesar adalah diberikan kepada kita keimanan dan keislaman. Maka kewajiban kita mensyukuri nikmat ini dengan cara terus menjaga keimanan dan keislaman kita.

Menjaga keimanan dengan cara menjalankan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena sesungguhnya saudaraku, melaksanakan perintah Allah itu menambah keimanan, sedangkan melakukan kemaksiatan-kemaksiatan itu bisa mengurangi keimanan.

Maka apabila kita ingin menjaga keimanan kita, laksanakanlah amalan-amalan shalih yang Allah perintahkan berupa shalat, demikian pula yang wajib maupun yang sunnah, demikian pula kita laksanakan dzikir kepada Allah berupa membaca Al-Qur’an dan yang lainnya.

Ummatal Islam,

Kemudian maksiat, ia adalah perkara yang bisa menghancurkan keimanan. Keimanan itu bisa terus turun dan terus akan binasa apabila kita terus melakukan maksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Di antara maksiat yang terkadang menganggapnya remeh sehingga ketika kita menganggap remeh maksiat tersebut, akhirnya tidak terasa membinasakan diri kita. Dalam hadits yang shahih, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إِنَّ العَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللَّهِ ، لاَ يُلْقِي لَهَا بَالًا ، يَهْوِي بِهَا فِي جَهَنَّمَ

“Seorang hamba mengucapkan kata-kata yang itu dimurkai oleh Allah…”

Dalam sebuah riwayat yang lain: ia tidak berusaha untuk mengetahui apakah ucapan ini dimurkai atau tidak, dia tidak berusaha untuk berfikir terlebih dahulu apakah ucapan ini dimurkai oleh Allah atau tidak. Ternyata gara-gara ucapan itu, kata Rasulullah: “Ia masuk ke dalam neraka jahannam sejauh 70 tahun.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Subhanallah.. Hanya karena ucapan yang kita anggap remeh, terlebih ketika kita bercanda lalu kita mengucapkan kata-kata yang kita anggap remeh. Dan bisa jadi perkataan yang kita anggap remeh itu ternyata besar di mata Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebagaimana Abu Ya’la meriwayatkan juga bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إِنَّ الْعَبْدَ لَيَقُولُ الْكَلِمَةَ لَا يَقُولُ إِلَّا لِيُضْحِكَ بِهَا النَّاسَ

“Seorang hamba mengucapkan kata-kata yang tujuannya agar manusia tertawa.”

يَهْوِى بِهَا فِى النَّارِ أَبْعَدَ مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ

“Ternyata ia dimasukkan gara-gara kata itu ke dalam neraka jahanam lebih jauh antara timur dan barat.”

Lihatlah saudaraku sekalian, terkadang kita mengucapkan kata-kata yang itu ternyata dimurkai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kita tidak berpikir, yang kita pikirkan adalah hanya supaya manusia tertawa saja, yang kita pikirkan hanya bagaimana supaya orang-orang itu senang saja. Tapi kita tidak berpikir bahwasanya kalimat-kalimat yang kita ucapkan itu ternyata dimurkai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Akibat daripada itu kemudian kita dimasukkan ke neraka jahanam sejauh langit dan bumi. Laa hawla wa laa quwwata illa billah..

Maka saudaraku, maksiat-maksiat seperti ini yang harus kita perhatikan. Karena itu yang bisa membinasakan iman kita.

Oleh karena itulah jangan sekali-kali kita menganggap remeh maksiat sekecil apapun juga. Karena boleh jadi maksiat yang kita anggap kecil itu ternyata besar di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.

…تَحْسَبُونَهُ هَيِّنًا وَهُوَ عِندَ اللَّـهِ عَظِيمٌ ﴿١٥﴾

Kalian mengira itu sesuatu yang remeh ternyata di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala itu besar.” (QS. An-Nur[24]: 15)

Ummatal Islam,

Dan seorang mukmin tidak boleh meremehkan maksiat sekecil apapun juga. Yang meremehkan maksiat hanyalah orang-orang munafiqin. Sebagaimana Abdullah bin Mas’ud menyebutkan bahwasanya seorang mukmin ketika ia jatuh kepada perbuatan maksiat, maka seakan-akan gunung akan menimpa dirinya. Tapi seorang munafik ketika ia melakukan perbuatan-perbuatan maksiat, seakan-akan lalat yang lewat di hadapan hidungnya. Sehingga dia menganggap remeh maksiat tersebut, dia menganggap bahwa imannya tidak berkurang dengan perbuatan maksiat tersebut.

Yang celakanya ketika ia disuruh bertaubat, dia berangan-angan dan dia berkata: “Saya nanti akan bertaubat.” Namun kemudian ia tertipu oleh kata-kata nanti. Dia berangan-angan dan mengatakan: “Saya akan bertaubat.” Tapi entah kapan saudaraku sekalian.

Maka kewajiban kita, seorang mukmin jangan sekali-kali menganggap remeh perbuatan maksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena di belakang maksiat itu, ada hal-hal yang lebih besar daripada maksiat. Yaitu bahwa yang kamu maksiat adalah Allah Jalla wa ‘Ala. Kalau kamu menganggap maksiat itu sesuatu yang remeh, ingat saudaraku, bahwasanya yang kamu maksiat itu adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Ketika seorang hamba berbuat maksiat, berapa banyak kesialan-kesialan yang akan menimpa dirinya. Di antara kesialan maksiat adalah hatinya dijadikan hitam oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إِنَّ العَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِي قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ

“Seorang hamba apabila melakukan perbuatan dosa, maka diberikan goresan hitam di hatinya.”

فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ

“Apabila dia meninggalkannya dan meminta ampun serta bertaubat, maka akan kembali bening hatinya tersebut.”

وَإِنْ عَادَ زِيدَ…

“Kalau ia kembali kepada maksiat yang sama, langsung dituliskan dua.”

Saudaraku, di antara kesialan maksiat adalah mencabut keberkahan dalam hidupnya. Sehingga akhirnya hidupnya tidak berkah, waktunya tidak berkah, akibat daripada maksiatnya tersebut.

Di antara kesialan maksiat adalah bahwasanya maksiat selalu menimbulkan kesialan dalam hidupnya. Ini dia seorang tabi’in yang bernama Abdullah bin Mubarak. Dia mengatakan: “Dahulu, 20 tahun yang lalu saya pernah mengejek seseorang yang bangkrut, saya panggil dia: ‘Wahai bangkrut.’ Ternyata setelah 20 tahun aku yang bangkurt.”

Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak pernah lupa walaupun kita sudah lupa akan maksiat-maksiat kita. Allah mampu memberikan balasan maksiat kita setelah 20 tahun yang akan datang bila kita tidak benar-benar bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Kemudian sanksi yang paling berat bagi pelaku maksiat adalah sanksi yang tidak terasa dan tidak terlihat oleh matanya. Apa itu saudaraku? Yaitu dijadikan hatinya berat untuk menaati Allah Subhanahu wa Ta’ala, dijadikan lisannya kelu untuk berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sehingga kemudian ketika ia berjalan menuju shalat hatinya terasa berat. Ketika ia mau tahajud, ia pun berat. Ketika ia mau berdzikir kepada Allah, lisannya berat, lisannya kelu, dia lebih senang bernyanyi, dia lebih senang bersyair, dia lebih senang dengan hal-hal yang tidak ada padanya dzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dengan perkara yang sia-sia. Ini adalah akibat daripada perbuatan maksiatnya tersebut. Allah jadikan hatinya berat kepada ketaatan.

Cukuplah sanksi yang berat bagi orang yang melakukan perbuatan maksiat, hatinya telah kelam, sehingga untuk menuntut ilmu dan duduk di majelis taklim pun sangat berat sekali. Sehingga pada waktu itu ia menjadi orang yang paling zuhud terhadap ilmu dan amal.

Subhanallah.. Betapa mengerikannya maksiat itu di dunia dan di akhirat.

أقول قولي هذا واستغفر الله لي ولكم

Khutbah kedua – Khutbah Jumat Tentang Jangan Remehkan Maksiat

الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله، نبينا محمد و آله وصحبه ومن والاه، أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أنَّ محمّداً عبده ورسولهُ

Ummatal Islam,

Di antara pengaurh buruk maksiat, bahwasanya maksiat itu menjadikan kita rendah di dunia dan akhirat. Kita lihat para pelaku maksiat itu Allah rendahkan di dunia dan akhirat. Siapa di antara kita yang mau disebut iblis? Iblis begitu hina di mata kita. Sampai-sampai kalau dipanggil iblis kita akan marah. Mengapa? Yaitu karena Allah hinakan iblis sehina-hinanya akibat maksiat dia kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Barangkali di antara kita tidak ada yang ingin disebut Firaun. Kenapa kita tidak mau disebut Firaun? Karena ternyata Allah hinakan sehina-hinanya Firaun akibat maksiat dia dan kekafiran dia kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Demikian saudaraku, para pelaku maksiat walaupun ketika hidupnya terlihat mulia, lihat Firaun ketika hidupnya seorang raja, bahkan dia mengaku dirinya Tuhan. Tapi ketika ia telah meninggal dunia, Allah hinakan, Allah jadikan namanya buruk seburuk-buruknya. Bagi Allah itu mudah, Allah mampu menghinakan pelaku maksiat kepada Allah Jalla wa ‘Ala.

Maka kewajiban kita, saudaraku. Demi Allah kewajiban kita adalah segera bertaubat kepada Allah dari berbagai macam maksiat-maksiat. Maksiat itu menjadikan seorang hamba putus dengan Allah, hubungannya menjadi terpisah antara Allah dengan hambaNya akibat maksiat. Sehingga seorang hamba ketika ia berbuat maksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, si hamba tersebut akhirnya dijadikan oleh Allah tidak menyukai ketaatan. Laa hawla wa laa quwwata illa billah..

Maka kewajiban kita terus bertaubat, terus minta ampun kepada Allah. Demikian yang Rasulullah perintahkan kepada kita. Karena setiap manusia pasti tidak lepas hidupnya dari maksiat, setiap manusia tidak lepas hidupnya daripada berbuat dosa. Akan tetapi Rasulullah memberikan kepada kita ajaran dan bimbingan agar kita senantiasa bertaubat kepada Allah. Rasulullah bersabda:

يَا أَيُّها النَّاس تُوبُوا إِلى اللَّهِ واسْتغْفرُوهُ فإِني أَتوبُ في اليَوْمِ مائة مَرَّة

“Wahai manusia, taubatlah kalian kepada Allah dan mohonlah ampun kepada Allah. Karena aku setiap harinya -kata Rasulullah- bertaubat dan minta ampun 100 kali.” (HR. Muslim)

Bayangkan, padahal beliau sudah dijamin masuk surga. Sementara kita tidak ada jaminan masuk surga.

Demikian pula Rasulullah menyuruh setiap kali kita jatuh kepada perbuatan maksiat, kita langsung balas dengan perbuatan amalan shalih.

Rasulullah bersabda:

إِذَا عَمِلْتَ سَيِّئَةً فَأَتْبِعْهَا حَسَنَةً تَمْحُهَا

“Ikutilah perbuatan buruk itu dengan perbuatan amal shalih. Niscaya amalan shalih itu akan menghapus perbuatan buruk.”

Inilah yang kita lakukan. Karena kita semua manusia, dan setiap manusia pasti jatuh kepada maksiat dan dosa. Akan tetapi yang terbaik adalah yang segera bertaubat kepada Allah, yang  senantiasa kembali kepada Allah dan Allah mencintai orang-orang yang senantiasa istighfar , yang senantiasa memohon ampun kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

  اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ، فَيَا قَاضِيَ الحَاجَات

اللهم تقبل أعمالنا يا رب العالمين، اللهم وتب علينا إنك أنت التواب الرحيم، اللهم اصلح ولاة أمورنا يا رب العالمين، واجعلنا من التوابين واجعلنا من المتطهرين

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

إِنَّ اللَّـهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
فَاذْكُرُوا الله العَظِيْمَ يَذْكُرْكُم، وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُم، ولذِكرُ الله أكبَر.

Download mp3 Khutbah Jumat Tentang Jangan Remehkan Maksiat

Lihat juga: Khutbah Jumat Singkat Tentang Menjaga Amal

Jangan lupa untuk ikut membagikan link download “Khutbah Jumat Tentang Jangan Remehkan Maksiat” ini kepada saudara Muslimin kita baik itu melalui Facebook, Twitter, atau yang lainnya. Semoga menjadi pembukan pintu kebaikan bagi kita semua.


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/49359-khutbah-jumat-tentang-jangan-remehkan-maksiat/